Kali ini ruangsaji menyajikan fakta-fakta yang ada di Kabupaten Kepahiang. Kepahiang juga merupakan bagian dari suku di Tanah Rejang (Taneak Jang) yang ada di Provinsi Bengkulu. Ada banyak fakta-fakta unik dan menarik di Kabupaten Kepahiang. Berikut rangkuman sepuluh fakta tentang Kepahiang.
#1 PEMILIK KEBUN TEH TERBESAR &
TERLUAS DI PROVINSI BENGKULU
Kepahiang memiliki kebun teh yang terbesar dan terluas di Provinsi Bengkulu. Ternyata sebelum menjadi kebun teh, di awal 1900-an silam, lahan seluas 360.000 hektar (versi wikipedia.org) yang berada di bawah kaki Bukit Hitam ini, dulunya oleh Belanda dijadikan perkebunan kopi, ladang padi dan palawija.
Kebun itu dikelola oleh swasta. Dan kala itu mempekerjakan para kuli yang dulunya sebagai kuli bangun jalan lintas Bengkulu, Taba Penanjung, Kepahiang dan Empat Lawang. Barulah pada tahun1920-an lahan yang tadinya ditanam kopi, padi dan palawija itu dibongkar karena masa itu sedang mengalami krisis ekonomi besar-besaran sehingga perusahaan pun mengalami kepailitan.
Di tahun 1925 dibangun perusahaan kebun teh
yang kala itu bernama N.V. Land Bovus Maatschaapy yang berkantor pusat di
Sumatera Selatan (versi liputan6.com). Pada 1935 Pabrik Teh didirikan di Desa
Tangsi Baru dan Kampung Bogor Kecamatan Kabawetan. Dan di masa ini, perkebunan
teh itu diambilalih pemerintahan Jepang.
Kemudian pada 1965 perkebunan teh ini diambil
alih Pemerintah Indonesia, tapi telantar. Lalu dihidupkan lagi namun di bawah
bendera PT Trisula Ulung Mega Surya. Selanjutnya perkebunan teh pun diambil
alih oleh Pemda Tingkat I Bengkulu sekitar tahun 1975-1979. Lalu diserahkan
kepada PT Kabawetan di tahun 1980 dan disewakan pada PTPN XXIII dengan luas
lahan keseluruhan 1.911,7 hektar. Setelah itu diserahkan pengelolaannya kepada
2 perusahaan swasta PT Kabepe Chakra Bandung yang dikelola PT Sarana Mandiri
Mukti di Kepahiang.
Kini Kebun Teh Kabawetan yang berada di
ketinggian sekitar 600 - 1000 MDPL dengan suhu mencapai 17-19 celcius itu
menjadi destinasi wisata andalan bagi Kabupaten Kepahiang.
#2 PERNAH JADI IBUKOTA REJANG LEBONG
Pada masa penjajahan Jepang, 1922, Bagian
Afdeling Bengkulu, Keresidenan Bengkulu dan
Onderafdeling Rejang dan Onderafdeling Lebong disatukan menjadi Gun
(Kabupaten) Rejang Lebong. Dan kala itu Kepahiang ditetapkan sebagai Ibukota
Rejang Lebong. Bukan di Curup saat ini. Penyatuan ini berlanjut hingga
Indonesia merdeka, yang ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun
1945.
Namun jauh sebelumnya, pada 1870, setelah
Kepahiang resmi dianeksasi Belanda, pada 1870
Kepahiang ditetapkan sebagai Ibukota Onderafdeling Redjang. Bagian dari
Afdeling Tebing Tinggi, Keresidenan Palembang. Lalu di 1908 Onderafdeling
Redjang menjadi bagian dari Afdeling Lebong, Keresidenan Bengkulu.
Barulah di tahun 1956 Kepahiang tidak lagi
menjadi ibukota kabupaten dan digantikan oleh Curup. Perihal ini berdasarkan
Undang-Undang Darurat Nomor 4 Tahun 1956, Curup ditetapkan sebagai ibukota
Kabupaten Daerah Tingkat II Rejang Lebong.
Pada 2003, Kepahiang yang sebelumnya sebagai
kecamatan di Kabupaten Rejang Lebong, akhirnya mekar menjadi kabupaten.
Berdirinya Kepahiang sebagai kabupaten sendiri ini ditetapkan UU Nomor 39 Tahun
2003 tentang Pembentukan Kabupaten Lebong dan Kabupaten Kepahiang di Provinsi
Bengkulu. Pemekaran daerah ini tentunya tak luput dari perjuangan panjang para
sesepuh di Kepahiang.
#3 BAHASA DAERAH REJANG & DIALEK KHAS KEPAHIANG
Sebagaimana diketahui bahwa Bahasa Rejang
memiliki 4 (empat) dialek yang berbeda satu dengan lainnya. Empat dialek itu
adalah Dialek Lebong, Dialek Musi, Dialek Pesisir dan Dialek Kepahiang. Bahasa
Rejang dialek Kepahiang ini lazimnya dituturkan pada sebagian masyarakat di
Kecamatan Tebat Karai, Bermani Ilir, Muara Kemumu dan Seberang Musi.
Sebagian lagi mulai dari Pasar Kepahiang,
Kecamatan Merigi dan Ujan Mas, lazimnya bertutur dengan Dialek Musi yang umum
dipakai di Kabupaten Rejang Lebong. Sedangkan di Kecamatan Kabawetan, mengingat
didominasi etnis Jawa, namun jika mereka bertutur bahasa Rejang, maka dialeknya
lebih cenderung kental ke Pasar Kepahiang.
#4 BERAGAM SUKU & BAHASA NAMUN DAMAI DI TANAH REJANG
Meski mendiami Tanah Rejang (Taneak Jang)
banyak desa yang tutur bahasa kesehariannya tidak berba-hasa Rejang. Itu karena
latar belakang masyarakat di daerah itu didominasi bukan dari Suku Rejang.
Seperti di Pasar Tengah Kecamatan Kepahiang,
mayoritas penduduknya berbahasa Melayu Palembang. Di Kecamatan Ujan Mas, ada
Desa Suro Bali dan pastinya mayoritas berbahasa Bali. Lalu di Desa Suro Lembak,
berbahasa Lembak Bengkulu.
Kemudian di desa-desa seperti Nanti Agung,
Karang Tengah, Talang Karet, di Kecamatan Tebat Karai dan beberapa desa di
Kecamatan Seberang Musi, mayoritas masyarakatnya berbahasa Serawai. Termasuk
juga di desa-desa di Kecamatan Merigi dan Ujan Mas yaitui Desa Batu Ampar,
Meranti Jaya, Cugung Lalang, Air Hitam dan Tanjung Alam.
Lalu di Kecamatan Kabawetan masyarakatnya
mayoritas berbahasa Jawa. Termasuk di Desa Bumi Sari Kecamatan Ujan Mas dan
Desa Bukit Barisan Kecamatan Merigi. Ada juga di Kecamatan Bermani Ilir, yakni
di Desa Bukit Menyan.
Sama halnya desa di Kepahiang yang didominasi etnis Sunda. Seperti di Desa Kampung Bogor dan Bogor Baru. Dan kebanyakan dari mereka berbahasa Sunda. Juga di Desa Imigrasi Permu. Ada juga daerah yang didominasi bahasa kesehariannya berbahasa Minang. Yakni di Kelurahan Pasar Kepahiang, dan Desa Mandi Angin Kecamatan Seberang Musi.
Walaupun demikian, bahasa penghubung utama
dalam komunikasi antar suku di Kepahiang, masyara-kat menggunakan bahasa Melayu
Bengkulu.
#5 ADA DESA ‘BHINNEKA TUNGGAL IKA’
Selain beragam bahasa, Kepahiang juga dikenal
beragam suku dan agama. Sebagai bukti, di Kepahiang ada nama desa yang dijuluki
sebagai ‘Desa Bhinneka Tunggal Ika’. Desa itu bernama Desa Suro Bali Kecamatan
Ujan Mas.
Desa Suro Bali atau lazim disebut Kampung Bali
dihuni lebih dari 100 Kepala Keluarga (KK). Separuh dari penghuni desa itu
beragama Hindu. Kemudian terbanyak kedua adalah Muslim. Lalu ada juga umat
Budha dan Khatolik. Rumah ibadah masing-masing agama pun dibangun berdampingan
di desa itu, kecuali Gereja Khatolik.
Selain suku Bali, ada juga Suku Jawa, Sunda,
Rejang dan Serawai. Badan Musyawarah Adat (BMA) di desa ini pun ada 4 (empat)
tokoh adat sesuai suku yang ada. Jika terkait perihal ritual adat istiadat,
maka tokoh masing-masing adat itulah yang akan memimpinnya.
#6 HABITAT & PENANGKARAN PUSPA LANGKA
Tanah Rejang merupakan habitat asli Puspa Langka yang ada di Provinsi Bengkulu. Ada banyak puspa langka yang tumbuh. Namun puspa langka yang mendunia adalah Rafflesia dan Bunga Kibut (Amorphopallus Titanum).
Kepahiang juga sebagai lokasi penangkaran
bunga tertinggi di dunia alias Bunga Bangkai atau Bunga Kibut (Amorphopallus
Titanum). Taman Amorphopallus ini berada di Jalan Lintas Liku Sembilan
Kepahiang - Bengkulu yang masuk di wilayah Desa Tebat Monok Kecamatan
Kepahiang.
#7 KAYA POTENSI ALAM AIR TERJUN
Secara geografis, Kepahiang berada di daerah
perbukitan dan pegunungan. Potensi alam khususnya Air Terjun sangat banyak dan
tersebar. Ada yang sudah dikelola sebagai aset wisata bagi daerah, ada juga
yang masih alami.
Air terjun yang dikelola sebagai aset wisata :
1. Air Terjun Donok di Desa Batu Ampar,
Kecamatan Merigi
2. Air Terjun Batu Kampit, Bukit Hitam,
Sengkuang dan Tangsi Duren di Kecamatan Kabawetan
3. Air Terjun Daspetah di Desa Daspetah,
Kecamatan Ujan Mas
4. Air Terjun Curug Embun di Desa Nanti Agung,
Kecamatan Tebat Karai
5. Air Terjun Langkap di Kecamatan Muara
Kemumu
Air terjun lainnya yang masih alami dan belum dikelola sebagai aset wisata diantaranya berada di kawasan Bukit Hitam, Kecamatan Kabawetan. Lalu ada air terjun di Desa Air Selimang, Desa Benuang Galing, Desa Bayung, Kecamatan Seberang Musi.
#8 MEMILIKI PLTA TERBESAR DI PROVINSI BENGKULU
Kepahiang memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) terbesar di Sumatera dan terbesar kelima di Indonesia. PLTA dengan tipe Run of River. ini dibangun di bawah tanah dengan kedalaman 400 meter. Ini juga yang menjadikannya PLTA Musi ini merupakan PLTA terdalam di Indonesia. Pabrik listrik ini merupakan PLTA andalan di Sumatera karena sebagai pensuplai listrik terbesar di sebagian wilayah di Pulau Sumatera.
PLTA Musi yang berlokasi di Kelurahan Ujan Mas
Kecamatan Ujan Mas ini membendung Sungai Musi. Aliran air sungai sebagian
dilewatkan pada suatu saluran dan difungsikan untuk memutar turbin lalu airnya
dibuang kembali ke sungai induk.
Industri primer negara ini pun memproduksi
listrik sebesar 1,150 GWh (Giga Watt Hour) per tahun dengan kemampuan suplai
listrik antara 150 Kv (Kilo Volt) sampai dengan 275 Kv.
#9 DAERAH LINTASAN DAN PEMBELOK ALIRAN SUNGAI MUSI
Aliran sungai di Provinsi Bengkulu lazimnya
bermuara ke pantai di Bengkulu. Namun tidak bagi Sungai Musi. Justru Sungai
Musi yang hulunya berada di Kabupaten Rejang Lebong ini mengalirnya ke provinsi
tetangga, yakni Sumatera Selatan. Dimana arah belok aliran sungai ini ? Arah
beloknya ada di Kepahiang.
Aliran Sungai Musi ini melintasi hampir semua
wilayah kecamatan di Kabupaten Kepahiang. Kecuali Kecamatan Kabawetan dan Muara
Kemumu. Lalu tepat di Desa Dusun Kepahiang, Desa Tebat Monok dan Desa Kelilik, aliran
sungai ini berbelok menuju wilayah Sumatera Selatan (Sumsel).
Keunikan dari Sungai Musi ini adalah sebagai penghadang
semua sungai lainnya yang ada di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang. Artinya
aliran Sungai Musi ini sebagai tempat bertemunya bagi aliran sungai-sungai lainnya.
Jika dihubungkan dengan PLTA Musi, sangat
wajar jika industri listrik besar itu memanfaatkan aliran Sungai Musi ini.
Karena dari pertemuan antar sungai tersebut, logikanya debit air Sungai Musi
tidak akan pernah berkurang.
#10 PUNYA DUA PAHLAWAN YANG TERKENAL &
NAMANYA TERABADIKAN
Di Kepahiang ada nama jalan Letkol Santoso dan
Jalan Mayor Salim Batubara. Bahkan di Kepahiang ada Taman Santoso ? Siapakah
Santoso dan Salim Batubara ?
Bernama lengkap Letnan Kolonel (Letkol)
Santoso Suriaatmadja. Dia adalah pahlawan bagi masyarakat Kepahiang. Letkol
Santoso gugur dalam pertempuran melawan tentara Jepang di Pasar Kepahiang pada
November 1945 dengan jabatan terakhir sebagai Komandan Batalyon Bengkulu.
Lalu ada Mayor Salim Batubara. Mayor Salim
Batubara gugur saat menyergap tentara Belanda di Penanjung Panjang, Februari
1949. Salim Batubara gugur dengan jabatan terakhirnya sebagai Komandan Batalyon
28 Sub Teritorium Bengkulu dan Komandan Front Kepahiang.
Hanya saja, mereka tidak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP). Letkol Santoso dimakamkan di Pemakaman Umum Pasar Ujung, Kecamatan Kepahiang. Sedangkan Mayor Salim Batubara bermakam di Pemakaman Umum Keban Agung Kecamatan Bermani Ilir.
Sumber :
wikipedia.org, emong-soewandi.com, liputan6.com, kompas.com
Komentar
Posting Komentar