Langsung ke konten utama

Corona Bisa Ditangkal Daun Kelor ?

***
Begitu banyak literasi tentang Daun Kelor mengingat khasiat dan manfaat serta prospek ekonominya dari tanaman ini. Tapi kenapa takdir tanaman ini tak secerah Sawit, Karet, Kopi, Kakau atau lainnya. Saya sempat berfikir dan berharap, semoga di suatu masa, tanaman sehebat ini akan mendapatkan posisi yang bagus oleh pemerintah dan masyarakat.

Tapi, ah... sudahlah !! 'Kun Fayakun' ajalah. Bagimu tanamanmu, bagiku tanamanku. Baidewei... ternyata sayur bening Kelor jauh lebih mantap ketimbang sayur bening Katu. 


***


Malam ini tetiba pengen menulis tentang kaitan Daun Kelor dengan Virus Corona. Terlepas apakah benar Daun Kelor berkhasiat sebagai penangkal Virus Corona, khususnya Covid-19 ini, berharap ada studi lanjutan dari para ahli Farmasi (Farmakologi). Insyaallaah...semoga...

Ditulis wilkipedia.org bahwa Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) menganjurkan agar bayi dan anak-anak pada masa pertumbuhan untuk mengkonsumsi Daun Kelor. Perbandingan gram, daun kelor mengandung: 7 x vitamin C pada jeruk, 4 x calcium pada susu 4 x vitamin A pada wortel, 2 x protein pada susu, 3 x potasium pada pisang.

WHO juga menobatkan Kelor sebagai pohon ajaib. Ini setelah dilakukan studi dan menemukan bahwa tumbuhan ini berjasa sebagai penambah kesehatan berharga murah selama 40 tahun di negara-negara termiskin di dunia. Pembuktiannya pohon Kelor memang tersebar luas di padang-padang Afrika, Amerika Latin, dan Asia.

National Institute of Health (NIH) pada 21 Maret 2008 menyatakan, bahwa pohon kelor telah digunakan sebagai obat oleh berbagai kelompok etnis asli untuk mencegah atau mengobati lebih dari 300 jenis penyakit. Tradisi pengobatan ayurveda India kuno menunjukkan bahwa 300 jenis penyakit dapat diobati dengan daun yang bernama latin Moringa Oleifera ini.

Kelor merupakan tanaman yang tumbuh dengan cepat, berumur panjang, berbunga sepanjang tahun dan tahan kondisi panas ekstrim. Tanaman ini berasal dari daerah tropis dan subtropis di Asia Selatan. Umum digunakan untuk menjadi pangan dan obat di Indonesia. Biji Kelor juga digunakan sebagai penjernih air skala kecil.


Hasil analisis kandungan nutrisi pada Kelor, bahwa Daun Kelor memiliki potensi yang sangat baik untuk melengkapi kebutuhan nutrisi dalam tubuh. Dengan mengonsumsi daun kelor maka keseimbangan nutrisi dalam tubuh akan terpenuhi. Sehingga orang yang mengonsumsi daun kelor akan terbantu untuk meningkatkan energi dan ketahanan tubuhnya.


Selain itu, Daun Kelor juga berkhasiat untuk mengatasi berbagai keluhan yang diakibatkan karena kekurangan vitamin dan mineral. Seperti kekurangan vitamin A (gangguan penglihatan), kekurangan choline (penumpukan lemak pada liver). Kekurangan vitamin B1 (beri-beri), kekurangan vitamin B2 (kulit kering dan pecah-pecah). Kekurangan vitamin B3 (dermatitis), kekurangan vitamin C (pendarahan gusi), kekurangan kalsium (osteoporosis). Kekurangan zat besi (anemia), kekurangan protein (rambut pecah-pecah dan gangguan pertumbuhan pada anak).


Dilansir
harapanrakyat.com Daun Kelor bisa mencegah virus Corona yang masuk pada tubuh ? Belum lama ini, tim peneliti dari Universitas Indonesia (UI) dan IPB telah menemukan salah satu kandidat antivirus Corona berbahan alam asli Indonesia. Diantaranya jambu biji, kulit jeruk serta daun kelor. Ketiga bahan alam tersebut diketahui mengandung berbagai senyawa yang bagus untuk menangkal virus Corona. Yakni rhamnetin, kaempferol, hesperidin, kuersetin dan myricetin.

Hasil skrining aktivitas ribuan senyawa herbal dan ratusan protein terkait dengan mekanisme kerja virus, didapat beberapa golongan senyawa yang berpotensi menghambat dan mencegah virus SARS-CoV-2 atau virus Corona. Tapi perlu diingat juga ya kekawans... bahwa virus SARS, MERS, CoV-2 (Corona) berbeda dengan virus yang sedang fenomenal kini, Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).


Nah, pada artikel yang ditulis
harapanrakyat.com bahwa konsumsi daun kelor bisa meningkatkan daya tahan tubuh atau imunitas sehingga tidak mudah terkena serangan virus Corona. Saya tidak mengklaim benar atau tidaknya. Karena saya belum mencoba. Alias saya belum pernah menjadi suspect bahkan pasien Corona yang sudah mengkonsumsi Daun Kelor. Semoga saja saya dan kalian yang baca selalu dalam Lindungan-Nya. Aamiin....

Tapi setidaknya saya berasumsi, bahwa analisanya bisa jadi Daun Kelor berkhasiat sebagai penangkal virus Corona. Logikanya begini. Kembali pada penjelasan pada paragraf di atas. Bayi atau anak-anak dianjurkan mengkonsumsi Daun Kelor. Itu supaya terjaga imun tubuhnya. Mengingat kandungan zat & nutrisi yang terdapat pada Daun Kelor yang luar biasa.


Dipertegas lagi oleh kampanye kesehatan anak khususnya pada bayi, diharuskan konsumsi Air Susu Ibu (ASI) minimal 6 bulan atau paling ideal selama 2 tahun. Artinya dalam hal ini, sang ibu yang sedang dalam masa menyusui, sangat dianjurkan mengkonsumsi Daun Kelor. Kandungan
flavonoid pada Daun Kelor juga membantu membuat produksi ASI makin berlimpah. Kesimpulannya, kesehatan, kekuatan imun tubuh pada bayi ada pada ASI. ASI melimpah dipicu oleh karena mengkonsumsi Daun Kelor.

Baidewei lagi.... pernah dengar eksistensi Daun Kelor Indonesia bisa sampai ke Jepang ? Mengutip berita yang ditulis
antaranews.com, bahwa permintaan Tepung Kelor yang diproduksi BUMDes M'rian di Desa Kufeu, Kabupaten Malaka, ke Jepang sebanyak 40 ton per minggu. Ini disampaikan oleh Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sinun Petrus Manuk pada pertengahan Juli 2019. Empat puluh ton per minggu ? Selain khasiat, luar biasa bukan prospeknya ?

Produksi kelor di Kufeu sudah diolah menjadi aneka produk. Seperti tepung kelor, sabun, dan pelembab tubuh. Hanya saja kapasitas produksinya masih kecil.

[Foto : Aji Kasidi]

Sisi lain dari Kelor. Dari artikel satuharapan.com, penelitian dari Jerman mengkaji dan mengembangkan pemanfaatan tanaman Kelor sebagai tanaman konservasi. Sebagai tanaman penahan longsor, dan terasering. Di Ethiopia, Somalia, dan Kenya, Kelor sebagai tanaman untuk penghijauan serta penahan penggurunan. Termasuk juga di kawasan Arba Minch dan Konso. Bagi mereka, Kelor sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari sebagai sayuran, bahan baku obat-obatan, juga untuk diperdagangkan.

Khasiat Daun Kelor sebagai hepatoprotektor (pelindung hati) dibuktikan oleh C Senthil Kumar, peneliti dari Anna Technology University, Tamil Nadu, India. Sementara itu, Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC) Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada menyebutkan, Kelor mengandung kombinasi senyawa yang unik. Yaitu isotiosianat dan glukosinolat. Isotiosianat (ITC). Zat yang juga terdapat dalam berbagai tanaman, memiliki potensi sebagai agen kemopreventif. Secara in vivo, isotiosianat telah menunjukkan aktivitas sebagai agen antikanker.

Efektivitas tanaman ini sebagai agen antikanker juga terbukti dari beberapa publikasi penelitian yang menyatakan bahwa Benzyl Isothiosianat (BITC) secara in vitro mampu menginduksi apoptosis terhadap sel kanker ovarium. Penelitian yang dilakukan Chinmoy K Bose itu, dipublikasikan pada 2007 dengan judul “Possible role of Moringa Oleifera L. Root in Epithelial Ovarian Cancer”.

Peneliti lain, R Bharali dan tim, seperti ditulis Kholid Alfan Nur dan Sarmoko dari CCRC, melaporkan, bahwa ekstrak etanolik dari Kelor berpotensi sebagai agen kemoprefentif terhadap karsinogenesis yang disebabkan oleh bahan kimia.

Lalu ada juga dari Dr A Seno Sastroamidjojo dalam bukunya ‘Obat Asli Indonesia’ menyebutkan, Daun Kelor berkhasiat sebagai obat kurap dan bahkan obat herpes dengan cara mencampurnya dengan kapur. Air rebusan akar kelor punya khasiat obat sebagai obat
rheumatik.

Nah, di akhir tulisan ini saya cuma bisa menyampaikan, 
sudahkah menanam Pohon Kelor di pekarangan rumahmu ? 😁

Selamat malam dan semoga kita selalu dalam Lindungan-Nya. Aamiin.... & Gud Nait
 

Foto : grid.id


***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musim Lebaran & Fenomena Pinjol

"Dimana Musim Lebaran, Di situlah Pinjol Bertebaran" *** Scroll Up... Scroll down... Wall Facebook saya malam ini dipenuhi postingan bersponsor pinjaman online (pinjol). Menariknya, tanpa jaminan/agunan. Mulai dari lembaganya yang berbentuk Pondok Pesantren, Koperasi, dan lainnya. Ironinya, setiap membaca komentar dari masing-masing postingan tersebut, masih banyak netizen yang yang berkomentar berminat jika tanpa jaminan 🤣🤣. Disisi lain ada juga yang berkomentar hati-hati penipuan. Karena logikanya, jika tidak ada jaminan/agunan, peminjam pastinya akan disuruh bayar biaya admin dimuka. Jika diistilahkan, ada yang sedang memasang jebakan/perangkap, tapi apakah jebakannya yang rusak atau (calon) mangsanya yang bodoh. 🤭 Fenomena di atas membuktikan bahwa mindset pragmatis sebagian orang untuk mendapatkan uang dengan cara instan masih dominan. Terlebih saat ini menjelang lebaran. Karena akan ada banyak kebutuhan yang dipersiapkan menyambut lebaran. Fenomena di atas juga m...

Belajar dari Pandemi Flu Spanyol 1918. Isolasi Terbuka = Kunci Sembuh

Sirine ambulans hampir setiap saat terdengar jelas dari ruang kerjaku di rumah. Kadang pagi, siang, sore dan malam. Sesekali ketika dinihari. Jarak rumahku ke jalan poros lintas provinsi Bengkulu – Lubuklinggau sekitar 100 meter. Tapi saya tidak bisa memastikan apakah isi ambulans itu pasien Covid-19 yang meninggal atau bukan ? Di banyak media, baik itu media online , televisi maupun cetak, update pemberitaan data kasus Covid-19 sejak Juni 2021 terus meningkat. Sampai akhirnya pada Sabtu 3 Juli 2021, Pemerintah Indonesia mengeluarkan aturan instruksi PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) alias Lockdown Jilid 2 hampir di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Data per Rabu (7/7/2021), kasus Covid-19 yang menyebar di 510 kabupaten/kota di 34 provinsi totalnya mencapai 34.379 kasus. (Selengkapnya ada di tabel data sebaran kasus Covid-19). Ada 3 poin yang akan saya bahas dalam tulisan ini. Yaitu, oksigen, imunitas (sinar matahari) dan pola hidup (habbit) . *** Saya mencoba me-...

Bertualang ke Air Terjun Donok Desa Batu Ampar

Rabu 23 Juni 2021, sekitar pukul 9.30 WIB, teleponku berdering. Ternyata dari Betty Herlina yang mengatakan sudah hampir sampai ke rumahku. Beberapa menit kemudian sebuah minivan warna putih tiba di depan rumah. Pengemudinya adalah Komi Kendy. Teman  satu organisasi di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bengkulu.  Sekaligus adek tingkatku sewaktu di Jurusan D3 Jurnalistik Universitas Bengkulu (Unib).  Tapi ternyata isi di mobil itu ada tiga orang. Yang seorang lagi bocah. Umurnya kisaran 5 tahun.  Bocah itu anak sulung Komi Kendy. Sean Kilimanjaro namanya. Panggilannya Sean. Saya tidak banyak tanya kenapa Sean ikut ? Karena saya sudah tahu banyak tentang ibunya yang memang berjiwa petualang sejak di kampus dulu. Jadi sangat wajar jika Sean diajak ibunya ke rimba. Sempat melepas sedikit penat dan meregangkan otot di rumahku. Karena perjalanan dari Bengkulu menuju rumahku sekitar dua jam lamanya atau sekitar 80 kilometer. Sepuluh menit kemudian kami pun meluncur ke De...